Menu

Mode Gelap
Kodim 0724/Boyolali Dukung Pencanangan Wamentan dalam Program Perluasan Areal Tanam Padi Babinsa Koramil 03/Masaran: Menjalin Kemitraan Erat dengan Petani untuk Ketahanan Pangan Nasional Polresta Surakarta Perketat Pengawasan Jelang Derby Jateng Persis Solo vs PSIS Semarang Polsek Bukateja Ungkap Kasus Diduga Penipuan dan Penggelapan Sepeda Motor di Purbalingga Kapolri Terima Penghargaan Extraordinary Dedication of Patriotism dari CNN Indonesia Kebersamaan TNI dan Warga Desa Bade dalam Pembongkaran Rumah Bapak Sumarjo

Sejarah

Sejarah Kebaya: Dari Masa Lalu Hingga Perkembangan Terbaru

badge-check


					Sejarah Kebaya: Dari Masa Lalu Hingga Perkembangan Terbaru Perbesar

Kebaya merupakan salah satu busana tradisional yang menjadi simbol budaya Indonesia. Seiring berjalannya waktu, sejarah kebaya mengalami berbagai perubahan signifikan.

Dari kebaya yang digunakan pada masa pemerintahan Dinasti Ming hingga kebaya modern yang penuh dengan inovasi dan kreativitas, busana ini tetap bertahan sebagai identitas perempuan Indonesia.

Artikel ini akan mengulas sejarah perkembangan kebaya yang tak lekang oleh zaman, serta bagaimana kebaya terus bertransformasi hingga menjadi busana yang tidak hanya tradisional, tetapi juga modern.

Sejarah Kebaya di Zaman Awal

Kebaya pertama kali dikenal pada masa 1300-1600 Masehi, di mana busana perempuan berbentuk tunik mulai dipakai oleh perempuan Tionghoa pada masa Dinasti Ming.

Tunik ini berfungsi sebagai baju atasan yang longgar, menutupi bagian tubuh atas hingga ke lutut. Kemudian, kebaya mulai berkembang ketika para imigran Tionghoa datang ke Nusantara dan memodifikasi tunik tersebut menjadi kebaya encim, yang merupakan salah satu jenis kebaya peranakan.

Pada masa ini, kebaya masih berbentuk sederhana, namun memiliki makna penting bagi perempuan. Sebelumnya, perempuan di Jawa, Bali, dan Sumatera mengenakan pakaian seperti kemben yang hanya menutupi bagian dada, sehingga kebaya dianggap ideal untuk menutupi bagian tubuh atas.

Perkembangan Kebaya di Era Pemerintahan Belanda

Memasuki abad ke-18 dan awal abad ke-19, tepatnya di masa pemerintahan Hindia Belanda, kebaya mulai mengalami transformasi.

Pada saat itu, kebaya tidak hanya dikenakan oleh perempuan keturunan Tionghoa, tetapi juga oleh perempuan dari kelas bangsawan Jawa. Bahan-bahan berkualitas tinggi seperti beludru, sutera, dan brokat mulai menggantikan bahan katun yang sebelumnya digunakan.

Pada masa ini, kebaya digunakan untuk menunjukkan status sosial. Keluarga keraton dan bangsawan mengenakan kebaya dari bahan-bahan mewah, sementara perempuan Belanda dan keturunan Eropa mengenakan kebaya berbahan katun dengan desain yang lebih pendek.

Kebaya di Era 1900-an: Masuk ke dalam Kehidupan Sehari-Hari

Pada awal abad ke-20, kebaya tidak hanya menjadi busana bagi perempuan keturunan Jawa atau Tionghoa, tetapi juga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari perempuan Indonesia secara umum.

Pada masa ini, kebaya terbagi menjadi beberapa jenis, termasuk kebaya encim yang dikenakan oleh perempuan Tionghoa, serta kebaya putu baru yang lebih pendek dan berwarna-warni.

Kebaya putu baru, dengan desain tunik pendek dan motif yang beragam, menjadi favorit banyak perempuan pada tahun 1900-an. Kebaya ini tidak hanya digunakan untuk acara resmi, tetapi juga dipakai dalam kegiatan sehari-hari.

Kebaya dalam Era 1945-1960-an: Kebaya sebagai Identitas Nasional

Setelah kemerdekaan Indonesia, kebaya kembali menonjol dan menjadi simbol identitas nasional perempuan Indonesia. Pada masa ini, kebaya dikenakan dalam berbagai kesempatan resmi, baik di pedesaan maupun perkotaan.

Kebaya menjadi busana yang wajib dikenakan pada acara seremonial, seperti pernikahan dan acara sosial penting lainnya.

Pada masa ini, kebaya menjadi bagian dari kostum nasional, memperkuat citra perempuan Indonesia sebagai simbol keanggunan dan kebudayaan yang kaya.

Kebaya di Era 1970-1980-an: Pengaruh Mode Barat

Di dekade 1970-an hingga 1980-an, pengaruh mode dari Eropa dan Amerika mulai mengubah tren busana di Indonesia. Kebaya yang dianggap busana tradisional mulai ditinggalkan oleh sebagian besar kaum muda, yang lebih tertarik pada busana modern ala barat.

Meski demikian, kebaya masih tetap dikenakan pada acara-acara resmi, seperti resepsi pernikahan dan upacara adat, terutama oleh perempuan dewasa.

Kebaya Modern di Era 2000-an: Kebaya yang Tetap Menawan

Masuk ke era 2000-an, kebaya kembali mendapatkan perhatian besar dari para desainer Indonesia. Kebaya kini hadir dalam desain yang lebih modern, dengan penyesuaian bentuk yang lebih ramping dan bahan yang lebih variatif.

Banyak desainer mulai mengombinasikan kebaya dengan kain-kain mewah seperti sutera organdi, lace, serta bahan tekstil lainnya, bahkan ada yang menambahkan aksen logam, kristal, hingga manik-manik untuk memperkaya desain kebaya.

Selain itu, kebaya sekarang juga mulai diperkenalkan dalam berbagai bentuk dan gaya yang lebih beragam, dari kebaya pendek hingga kebaya panjang dengan motif dan hiasan yang sangat cantik.

Kebaya modern ini tak hanya cocok untuk acara resmi, tetapi juga menjadi pilihan untuk berbagai kesempatan sosial lainnya.

Kebaya, Busana Klasik yang Terus Berkembang

Kebaya merupakan bukti bahwa busana tradisional bisa terus berkembang dan beradaptasi dengan zaman. Dari kebaya yang digunakan pada masa Dinasti Ming hingga kebaya modern dengan desain dan bahan yang lebih beragam, kebaya terus mempertahankan pesonanya sebagai busana ikonik Indonesia.

Kebaya tidak hanya melambangkan keanggunan, tetapi juga identitas budaya yang mendalam.

Dengan inovasi yang terus berkembang, kebaya akan terus menjadi bagian penting dalam mode busana Indonesia, serta tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional yang menjadikannya tidak lekang oleh waktu. (Thid)

Referensi: wikipedia | kumparan

Ingin produk, bisnis, atau agenda Anda diliput dan tayang di jateng.kabarngetren.com?

Silahkan kontak melalui email: kabarngetrn@gmail.com

Follow Official WhatsApp Channel KN Official untuk mendapatkan artikel-artikel terkini, Klik Di sini.

Yuk! baca artikel menarik lainnya di Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Sosialisasi Perlindungan Konsumen Digital: Mahasiswa UMC Edukasi Warga Cirebon

18 April 2025 - 19:49 WIB

Sosialisasi Perlindungan Konsumen

Mengenal Lebih Dekat Jalur Alas Roban: Jalan Legendaris Penuh Cerita

13 April 2025 - 21:03 WIB

Rumah Subsidi untuk Jurnalis Guru dan Ojol: Cek Syarat Lengkapnya di Sini!

12 April 2025 - 21:35 WIB

pengajuan rumah subsidi untuk jurnalis guru dan ojol

Ketua KPL Mina Sumitra H.Darto Ajak Masyarakat Meriahkan Acara Adat Nadran di Karang Song Indramayu 2025

12 April 2025 - 09:19 WIB

Dampak Media Sosial terhadap Interaksi Sosial di Era Modern

5 April 2025 - 10:57 WIB

Trending di Budaya