Bogor – Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto menegaskan kembali pentingnya kemandirian pangan nasional dan ketahanan pangan dalam momentum strategis Panen Raya yang berlangsung di Agro Edu Wisata Organik (AEWO) Mulyaharja, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (17/4/2025).
Acara ini menjadi tonggak penting bagi penguatan sektor pangan berbasis potensi lokal yang menyatu dengan pariwisata dan ekonomi kreatif.
Dalam sambutannya, Bima Arya menggarisbawahi bahwa ketahanan pangan bukan sekadar wacana, melainkan realitas yang harus diwujudkan secara berkelanjutan dan kolaboratif.
Ia memberikan apresiasi kepada Wali Kota Bogor Dedie A. Rachim atas kepemimpinannya yang dinilai berhasil menjaga dan memaksimalkan potensi alam serta budaya di wilayah Mulyaharja.
“Mulyaharja ini adalah surga yang tersisa di tengah kota. Di sini ada ketahanan pangan, tapi juga ada pariwisatanya, ekonomi kreatifnya, dan kebudayaannya,” ungkap Bima Arya.
Menurutnya, acara panen raya bukan hanya simbol keberhasilan sektor pertanian, tapi lebih dari itu, merupakan cerminan sinergi multipihak.
Pemerintah pusat, daerah, masyarakat, hingga pelaku usaha dan generasi muda bersatu mewujudkan ekosistem pangan yang mandiri dan tahan terhadap tantangan zaman.
“Di pojok sana ada kafe yang dibuat anak-anak muda. Di sini juga ada penganan khas yang dibuat ibu-ibu, dan anak-anak pun sudah dilatih menjadi pemandu wisata. Ada jalur trekking, ada edukasi. Ini bukan sekadar panen, ini inovasi sosial,” tambahnya.
Bima Arya menekankan bahwa praktik seperti ini bisa menjadi model nasional. Apabila setiap kota mengadopsi pendekatan lokal seperti yang dilakukan Bogor, Indonesia akan memiliki kekuatan pangan yang berbasis budaya dan alam.
“Kalau potensi seperti ini dirawat dan dikembangkan di kota-kota lain, akan lahir praktik baik yang memperkuat kemandirian pangan nasional dari akar rumput,” tegasnya.
Sementara itu, Wali Kota Bogor Dedie A. Rachim menuturkan bahwa kawasan Mulyaharja merupakan contoh nyata integrasi antara pertanian, pariwisata, dan ekonomi kreatif.
Salah satu pencapaian konkret dari kegiatan ini adalah keberhasilan panen padi organik dengan hasil mencapai 6,3 ton gabah per hektare, yang setelah digiling menghasilkan sekitar 3 ton beras organik berkualitas tinggi.
“Ini bukti bahwa pertanian organik masih sangat menjanjikan, bahkan di wilayah urban seperti Bogor,” ujarnya.
Dedie menjelaskan bahwa strategi penggabungan sawah dengan elemen pariwisata seperti kafe, homestay, dan kedai makanan menjadi pendekatan baru dalam membangkitkan sektor hospitality berbasis lokalitas.
“Kita kemas untuk wisata leisure. Keluarga bisa datang, menikmati alam dan kuliner lokal. Bahkan para content creator pun bisa menjadikan tempat ini sebagai spot unggulan,” jelas Dedie.
“Semua ini selaras dengan program Presiden dalam membangun kemandirian dan ketahanan pangan nasional yang berkelanjutan dan inklusif,” imbuhnya.
Acara ini juga dihadiri oleh tokoh-tokoh penting nasional seperti Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo, Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Enik Ermawati, Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar, Utusan Khusus Presiden Bidang Pariwisata Zita Anjani, serta Deputi Gubernur Bank Indonesia Aida S. Budiman dan Dirjen Bina Pemdes Kemendagri La Ode Ahmad P. Bolombo.
Kehadiran lintas kementerian ini memperkuat bahwa pembangunan ketahanan pangan bukan tugas satu sektor, melainkan kerja bersama lintas institusi, daerah, dan masyarakat sipil.
Panen Raya ini menjadi simbol harapan: bahwa pangan bukan sekadar kebutuhan dasar, melainkan peluang emas untuk menciptakan kedaulatan, kesejahteraan, dan keberlanjutan hidup bangsa Indonesia.
Sumber: Puspen Kemendagri
Ingin produk, bisnis, atau agenda Anda diliput dan tayang di jateng.kabarngetren.com?
Silahkan kontak melalui email: kabarngetrn@gmail.com
Follow Official WhatsApp Channel KN Official untuk mendapatkan artikel-artikel terkini, Klik Di sini.
Yuk! baca artikel menarik lainnya di
Google News
.