Puhpelem, Kabupaten Wonogiri – Eko Pambudi, S.Pd.I, seorang pemuda asal Dusun Gondang, Desa Nguneng, Kecamatan Puhpelem, telah membuktikan bahwa pertanian sayuran bisa menjadi peluang sukses yang menjanjikan. Dengan usahanya yang bernama SJA (Sinar Jaya Abadi) FARM, Eko berhasil mengembangkan berbagai jenis sayuran di daerah yang sebelumnya tidak banyak memproduksi sayuran.
Eko Pambudi memulai usahanya di bidang pertanian dengan melihat situasi dan kondisi lingkungan di Desa Nguneng. Meskipun banyak pedagang sayuran di wilayah tersebut, tidak banyak yang memproduksi sayuran secara lokal. Hal ini memotivasi Eko untuk terjun ke bidang holtikultura. “Saya melihat potensi besar di sini, tapi sayangnya, kita tidak bisa memproduksi sayuran sendiri. Itulah yang menggugah saya untuk memulai usaha ini,” ujar Eko.
Di bawah bendera SJA FARM, Eko menanam berbagai jenis sayuran seperti kubis, bunga kol, buncis, dan cabai. Selain itu, ia juga menanam brambang dan berbagai tanaman lain yang sesuai dengan kondisi tanah dan iklim di Puhpelem. Menurut Eko, tantangan terbesar dalam menanam sayuran adalah mengatasi perubahan cuaca dan menjaga ketersediaan air selama musim kemarau. “Kami menggunakan metode semi-organik untuk memastikan tanaman tetap subur meskipun kondisi cuaca tidak menentu,” jelasnya.
Tantangan dalam bercocok tanam tidak hanya datang dari cuaca, tetapi juga dari hama dan penyakit tanaman. Untuk menghadapi hama seperti kutu daun, Eko menggunakan metode deteksi dini dan memilih bahan aktif yang tepat untuk mengatasinya. Selain itu, ia juga menggunakan mulsa di bedengan untuk meningkatkan kualitas tanaman dan memaksimalkan metabolisme pembakaran di daun. “Mulsa membantu meningkatkan hasil produksi, dan kami juga mengutamakan penggunaan pupuk kandang serta pengairan yang efisien,” tambahnya.
Eko menerapkan teknologi tinggi dalam usahanya, seperti penggunaan selang drip untuk pengairan, yang memungkinkan air mencapai langsung ke pangkal tanaman. Dengan teknologi ini, Eko bisa meningkatkan efisiensi penggunaan air, terutama saat musim kemarau. Selain itu, SJA FARM juga memanfaatkan mulsa untuk menjaga kualitas tanah dan meningkatkan hasil panen. Eko menambahkan, “Dengan metode ini, saya bisa mencapai hasil yang maksimal dalam waktu panen sekitar 60 hingga 80 hari.”
Untuk memasarkan hasil panennya, Eko memanfaatkan media online sebagai platform utama. Ia percaya bahwa pemasaran digital adalah kunci untuk menjangkau pasar yang lebih luas dan efisien. “Dengan media online, kami bisa mengelola produksi dan pemasaran secara lebih efektif. Selain itu, jaringan pertemanan juga membantu kami dalam distribusi hasil pertanian,” jelasnya.
Eko berharap keberhasilannya ini bisa menjadi inspirasi bagi pemuda lain untuk terjun ke dunia pertanian. “Pertanian bukan hanya soal menanam, tapi juga soal bagaimana kita bisa memaksimalkan potensi lingkungan dan teknologi untuk menghasilkan produk berkualitas. Saya mengajak pemuda-pemuda kreatif untuk berkreasi di bidang ini demi meningkatkan ekonomi lokal,” tutupnya.
Dengan tekad yang kuat dan inovasi yang diterapkan, Eko Pambudi telah membuktikan bahwa pertanian sayuran bisa menjadi jalan sukses yang tidak hanya bermanfaat bagi dirinya dan keluarganya, tetapi juga bagi masyarakat sekitar. SJA FARM kini menjadi salah satu contoh keberhasilan petani muda yang mampu memanfaatkan peluang dan tantangan di bidang holtikultura. (D-Nss)