Kabar Ngetren/Purbalingga – Bupati Petahana Purbalingga, Hj. Dyah Hayuning Pratiwi, SE., B.Econ., M.M., (Tiwi), yang didampingi suaminya Rizal Diansyah, menghadiri dua pagelaran wayang kulit yang digelar di Kecamatan Bobotsari pada Sabtu malam, (20/7). Pagelaran wayang kulit tersebut diselenggarakan di Desa Banjarsari dan Desa Limbasari.
Kehadiran Bupati Petahana Tiwi di kedua lokasi tersebut menunjukkan dukungannya terhadap pelestarian budaya lokal. Ia mengungkapkan rasa senangnya karena pagelaran wayang kulit di kedua desa tersebut dipadati oleh masyarakat.
“Bu Tiwi bersyukur kalau di desa ada pagelaran wayang kulit, masyarakatnya masih banyak seperti ini, berarti masyarakat Banjarsari ini masih terus nguri-nguri budaya,” ujarnya saat berada di Banjarsari.
Bupati Petahana Tiwi menekankan pentingnya nguri-nguri kebudayaan lokal, khususnya seni wayang kulit, untuk menjaga kelestariannya di Kabupaten Purbalingga.
“Sebagai masyarakat Jawa yang tinggal di Jawa, kita memiliki tugas bersama untuk melestarikan kebudayaan lokal. Salah satunya adalah seni budaya wayang kulit agar tetap lestari di Kabupaten Purbalingga,” tambahnya.
Mengacu pada pesan Bung Karno, Bupati Petahana Tiwi menggarisbawahi tiga hal yang harus dilakukan untuk memajukan Indonesia, yaitu berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Ia berharap pagelaran wayang kulit tidak hanya memberikan tontonan, tetapi juga tuntunan bagi masyarakat.
Pagelaran wayang kulit di Desa Banjarsari dipentaskan oleh Ki Dalang Sigit Jono Saputro dari Cilacap dengan lakon “Wahyu Tri Daya” sebagai bagian dari kegiatan Ruwat Bumi untuk memperingati tahun baru Jawa. Sedangkan di Desa Limbasari, pagelaran dipentaskan oleh Ki Dalang Gendroyono dari Desa Palumutan.
Selain itu, Bupati Petahana Tiwi juga menghadiri Pentas Musik Spektakuler yang diadakan di Lapangan Desa Karangtalun, Bobotsari. Dalam kesempatan ini, Bupati menyampaikan bahwa pentas musik tersebut bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga merupakan bentuk perhatian kepada pelaku seni lokal serta upaya untuk menggerakkan perekonomian melalui kegiatan keramaian.
Sumber: Gn, editor: eFHa.